Kampusku Bukan Lagi Kampus Rakyat


Satu dekade yang lalu, kampusku mempunyai gelar Kampus Rakyat, kampus perlawanan dan kampus putih. Kampus yang menjadi benteng terakhir rakyat dalam membelka diri dari rongrongan imperialis. Kampus yang mampu mencetak intlektual-intelektual prrogresif dan mengabdi pada rakyat. Kampus yang menjadi tujuan petani dan buruh miskin untuk menyekolahkan anaknya karena dikampus ini biayanya sangat murah dan mampu diakses oleh para buruh dan tani, dengan biaya yang relative murah tetapi tidak murahan kampusku mampu melahirkan output-output yang progressif.
Kini satu dekade telah berlalu, gelar kampus rakyat, kampus perlawanan dan kampus putih hilang tak berbekas lagi. Kampus yang dulunya menjadi benteng rakyat, kini menjadi surga bagi capital birokrat yang laknat dan sangat anti rakyat; kampus yang dulu berada dalam garis depan perlawan kini tunduk dibawah kaki-kaki para pemuja feodal yang menjajakan wacana-wacana imperialisme; putihnya kampusku kini hitam legam karena bergumul dengan kotoran yang bernama komersialisasi pendidikan.

Kemarin kami membantu kawan-kawan pedagang kaki lima untuk menyampaikan aspirasinya karena telah digusur oleh pihak kampus. Digusur dengan dalih, para PKL menganggu ketertiban, keamanan dan kebersihan kampus. Pihak kampus takut kondisi kampus tidak tertib lagi, tidak bersih lagi dan tidak aman dikarenakan adanya PKL, jelas alas an itu hanya dibuat-buat oleh pihak kampus karena telah jelas PKL diseputaran kampus tidak mengganggu ketertiban, keamanan dan kebersihan kampus. Selam 3 tahun saya menuntut ilmu di kampus ini, belum pernah saya mendapatkan keberadaan PKL yang mengganggu ketertiban, keamanan dan kebersihan, malah keberadaan PKL sangat membantu mahasiswa.
Yang dijadikan alasan oleh pihak kampus sungguh sangat tidak bisa diterima. Ketertiban, keamanan dan kebersihan hanya dijadikan kedok untuk mentupi alasan utama yakni komersialisasi pendidikan. Komersialisasi pendidikan adalah agenda besar yang sedang diusung oleh pihak kampus. Alasan sebenarnya adalah, pihak kampus ingin "memeras" para PKL melalui retribusi yang tidak mampu dipenuhi oleh para PKL karena retribusi terlalu tinggi bagi para PKL.
PKL akan dirugikan jika pihak kampus menarik retribusi tinggi yang tidak seimbang dengan pendapatan mereka, jika retribusi itu dipenuhi para PKL akan "tekor" karena retribusinya terlalu tinggi dan tidak sebanding dengan pendapatan mereka.
Dimana letak hati nurani birokrat kampus? Ataukah hati nurani mereka telah tertutup oleh uang? Apakah mereka sudah tak mendengar lagi Suara rintihan rakyat kecil? Mungkin telinga mereka telah disumbat oleh suara-suara kapitalis yang membisiki mereka dengan iming-iming kenikmatan dunia. Setiap saat mereka selalu berbicara pentingnya mengimplementasikan Tri Dharma Perguruan Tinggi tetapi disatu sisi mereka menginjak-injak dan melecehken Tri Dharma Perguruan Tinggi.
Inilah wajah bopeng kampusku; Universitas ISLAM Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta. Kampus yang anti rakyat, anti mahasiswa, sarang capital birokrat dan penjaja wacana-wacana imperilisme!
Kepada mBo' Ijem, kami mohon maaf, gerobak lotekmu akan digusur dengan berger dari Mc Donald; Mas Imam, penyetmu akan diganti dengan ayam impor KFC; Kang Wawan, Spagethi dari Pizza Hut akan mengganti Mie ayammu; Pak Dhe, dawetmu akan ditumpahkan oleh gerai Coca Cola. Tetapi, selama hayat masih dikandung badan, kami akan terus kobarkan perjuangan membela kalian yang tertindas. lotek, penyet dan mi ayam kalian akan menjadi energi yang memberikan kekuatan kepada kami untuk tatap berlawan bersenjatakan poster dan megaphone!

Ketika penindasan menjadi kenyataan, maka perlawanan menjadi kebenaran.

0 Response to "Kampusku Bukan Lagi Kampus Rakyat"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel